Minggu, 21 Juli 2013

PANTOMIM ALA BENGKEL MIME THEATRE JOGJAKARTA

Andhika PW (@pwandhika)
MALANG - Apa yang terbayang ketika mendengar kata pantomim? Pasti akan tergambarkan sosok orang yang berwajah putih atau berpakaian serba hitam putih. Pantomim dipandang sebagai pertunjukan yang membosankan dan sulit dipahami. Hal tersebut sekiranya dapat dipahami, karena pantomim hanya mengandalkan gerak dan mimik wajah. Pantomim tidak menggunakan dialog atau kalimat dalam penyampaian alur cerita. Pantomim di mata dunia identik dengan tokoh charlie chaplin dan juga mr.bean. Mereka berdua merupakan dua tokoh yang sampai saat ini cukup sukses memerankan pantomim. Rowan atkinson menjadi terkenal setelah memerankan mr.bean, ia menunjukkan jika pantomim bukanlah suatu yang membosankan. Bahkan charlie chaplin dan mr.bean telah dibuatkan versi animasi atau kartunnya.
Lalu bagaimana dengan perkembangan pantomim di Indonesia? Memang pantomim bukanlah seni pertunjukan yang populer di negara ini. Tidak banyak masyarakat yang mampu menikmati pantomim secara utuh. Hal ini dapat terlihat dari tidak banyaknya komunitas pantomim yang ada di Indonesia. Bahkan di kota Malang gaung pantomim masih belum mampu bersaing dengan pertunjukkan sejenis, yaitu teater. Membawakan gerakan pantomim bukanlah suatu yang mudah, setiap gerak dalam pantomim adalah seni yang rumit. Setiap gerak dan ekspresi wajah harus dibawakan secara maksimal, karena penampilan diatas panggung tidak ditunjang dengan dialog pengantar. Ekspresi wajah yang dibawakan pemain pantomim harus sampai kepada penonton. Selain itu, pertunjukkan pantomim rentan menciptakan kebosanan bagi penonton. Maka diperlukan suatu racikan khusus agar pantomim mampu dinikmati semua kalangan masyarakat.
Pada rabu (25/4) lalu, Bengkel Mime Theatre (BMT) Jogjakarta mengunjungi kota Batu dan Malang untuk membangkitkan gairah pantomim di jawa timur. BMT merupakan komunitas pantomim yang memberikan sentuhan berbeda pada penggarapannya. BMT memang mengubah beberapa pakem-pakem yang terdapat pada pantomim, namun tidak mengubah estetika pantomim itu sendiri.  Wajah putih dan pakaian hitam putih tidak lagi menjadi ciri khas komunitas ini. Bekerja sama dengan Teater Hampa Indonesia, BMT menyuguhkan pertunjukan pantomim di sasana budaya, Universitas Negeri Malang. Dalam kegiatan Pentas Nusantara 2013 tersebut, BMT membawakan 3 repertoar, yaitu Potret Terakhir, Sang Veteran dan Titi Mangsa. Semua repertoar dibawakan secara apik dan mampu membawa para penonton memahami alur cerita diatas panggung. Ketiga repertoar tersebut mampu membuat para penonton berdecak kagum, keempat pemain dari BMT tersebut dapat berganti kostum secara cepat dan mengubah karakter yang berbeda.
Pada kamis (26/4) Bengkel Mime Theatre membagikan ilmunya lewat workshop pantomim, di sasana budaya, Universitas Negeri Malang. Peserta dalam workshop tersebut dibatasi, untuk keefektifan dalam penyampaian materi workshop. Tiga pemateri dari BMT memberikan dasar-dasar pantomim kepada para peserta. Nampak para peserta antusias dalam menerima materi workshop pantomim tersebut. Dalam workshop tersebut diajarkan gerak dasar dan mimik wajah dalam pantomim. Sajian pantomim modern dari BMT tersebut mampu membuktikan jika pantomim masih berpotensi untuk dapat berkembang di jawa timur. Pantomim yang terkesan kuno dan membosankan, tidak lagi terlihat dari penampilan yang disuguhkan oleh BMT. Bengkel Mime theatre Jogjakarta adalah salah satu komunitas yang setia mempertahankan pantomim ditengah gempuran seni pertunjukan lain yang populer. Upaya yang dilakukan Teater Hampa Indonesia merupakan salah satu strategi dalam memperkenalkan pertunjukan pantomim di wilayah Malang raya, dan secara umum untuk jawa timur. (apw)

Tidak ada komentar: