Selasa, 30 Juni 2015

Oh, Anak-Anak Matutuang Kekinian


Salah satu pasangan Ungke & Momo anak-anak Pulau Matutuang 2015 
Pagi itu suasana kampung sibuk untuk menyambut kegiatan ”Ungke dan Momo Matutuang 2015” yang akan diadakan di ruang tunggu nanti sore. Ruang tunggu merupakan tempat untuk para penumpang menunggu datangnya kapal bersandar di dermaga pulau kami, tempat ini sering dimanfaatkan warga untuk kegiatan bersama. Anak-anak berkumpul di rumah salah satu guru yaitu, Ibu Malbia Salor yang juga ditinggali Shaskia pengajar muda VIII. Shaskia nampak sibuk mengarahkan anak-anak untuk bekerjasama menyelesaikan tugas masing-masing.
Menggunting hiasan dari kertas warna-warni, menggantung foto di ruang tunggu, memasang spanduk, menyiapkan sound system, disudut lain perkampungan nelayan itu nampak para orang tua semangat mendandani anaknya semenarik mungkin. Daun-daun dan gorden disulap menjadi gaun indah dan nampak mewah. Kegiatan tersebut merupakan inisiatif dari para guru-guru di SDN Matutuang untuk mengisi libur sekolah, para juri merupakan tokoh-tokoh yang peduli pendidikan anak di pulau tersebut. Kegiatan diawali dengan para peserta secara berpasangan berjalan ala model catwalk dengan pakaian tema alam.
Tak hanya menarik secara penampilan saja, para peserta juga diuji bakatnya masing-masing mulai menyanyi, menari, mengaji, mendongeng dan menggambar. Nampak sekali kerukunan antar warga Matutuang, dimana lagu rohani umat kristiani dan bacaan Al-Qur’an umat  muslim dikemas dalam satu penampilan. Acara juga diisi dengan penampilan anak-anak PAUD menari genit diiringi ”All About The Bass”, dance anak-anak SD ”Moves Like Jager” dan flashmob Pelangi Sangihe yang merupakan hasil dari Festival Anak Sangihe lalu. Saya benar-benar terkejut karena pulau yang saya pikir tertinggal ini sangat kekinian sekali, alunan musik yang biasa diputar disc jockey sangat melekat dengan para warga termasuk anak-anak Matutuang.
Pesta belum berakhir, setelah pemilihan Ungke & Momo acara dilanjutkan dengan buka puasa bersama. Satu hal unik dari buka puasa tersebut adalah semua makanan tersedia merupakan hasil sumbangan dari para warga yang rela memasak dan membawanya ke ruang tunggu untuk dinikmati bersama. Ikan panggang, ikan goreng, ikan kuah asam, puding coklat, pisang, sambal dabu, kukis dan berbagai kuliner lain terhidang lezat diatas meja panjang. Benar-benar kenyang rasanya menikmati kudapan istimewa yang diselimuti bumbu kebersamaan tersebut. Tiba-tiba dari kejauhan awan hitam dan angin bertiup kencang hingga kemudian hujan deras turun.
Lalu apakah kemudian berakhir? Tentu saja belum meskipun hujan turun, karena budaya orang sangir sangat suka menari maka saya dan pengajar muda sebelum saya diajak berdansa hingga malam. Kebetulan Malam itu adalah malam terakhir Pengajar Muda VIII bertugas di Matutuang, hingga jadilah semua warga ingin menghabiskan malam bersamanya. Tarian empat wayer merupakan tari khas dari Sangir, biasanya diiringi alunan lagu ceria dan para penarinya menari berputar secara berpasangan. Gerakan tari empat wayer mengandalkan gerakan kaki, dimana pemimpin gerakan berada di barisan terdepan. Berputar dan terus berputar hingga berjam-jam, kalau dirasakan mungkin setara dengan lari pagi keliling lapangan bola berkali-kali.
Ya, inilah Pulau Matutuang berada di Kecamatan Kepulauan Marore yang merupakan daerah perbatasan dengan wilayah perairan Filipina secara langsung. Kecamatan paling utara dari Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Diameternya hanya 0,8 km dan dihuni oleh para pendatang dari suku sangir dan filipina. Anak-anak Matutuang sangat aktif dan tak bisa diam, mereka suka menyanyi, menari dan bermain drama. Tak dapat dipungkiri bahwa anak-anak Matutuang berhak menyandang gelar anak ”kekinian”, nampak dari selera musik dan berpenampilannya. Selama satu tahun kedepan saya, Andhika Prasetya Wijaya akan menjadi pelari terakhir pengajar muda di SDN Matutuang. (apw)

Jumat, 30 Januari 2015

Filosofi Kepasrahan Awan Akan Hukum Alam

Puisi "Kepasrahan Awan" Karya Larasati

Oleh Andhika Prasetya Wijaya

Artikel ini dimuat di Rubrik Refleksi - Majalah PUBLICITY Malang Edisi Januari 2015

Sumber: google.com
 Maka kepasrahan bukan berarti kita menerima dengan apa adanya, ataupun menyerah dengan keadaan. Pasrah adalah titik dimana kita mampu menjalani kehidupan selangkah demi selangkah serta menikmati setiap proses tanpa terbebani akan target kita.

Jika anda mendengar kata pasrah, apa yang akan terlintas dalam benak anda? Kalah, menyerah atau mungkin lemah adalah beberapa kata yang cukup mewakili sebuah kata yang sering kita sebut dengan ’pasrah’. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, pasrah dapat diartikan menyerah ataupun menyerahkan sepenuhnya. Dengan penjelasan tersebut  pasrah dapat diartikan sebagai sifat yang mengalah, mengikuti arus ataupun tidak memiliki pendirian yang teguh dalam hidup.
Namun pernahkan anda membaca sebuah karya sastra puisi karya Larasati yang berjudul ’Kepasrahan Awan’? Sebuah puisi yang bermakna dalam dan memberikan kita pandangan lain mengenai suatu kepasrahan. Berikut adalah puisi karya Larasati tersebut :

Awan…
Ia tak pernah bertanya mengapa ia harus selalu berubah
Menjadi berbagai bentuk mengikuti hukum Alam
Seiring alur yang telah ditakdirkan Tuhan untuknya
Awan…
Hari ini ia menghiasi biru warna langit
Namun esok bisa jadi ia akan jatuh ke bumi dalam bentuk titik-titik hujan
Mengalir melalui sungai yang membawanya berjalan pergi
Kemudian ia menguap menjadi kristal-kristal es
Hingga akhirnya kembali menjadi awan
Cerah sekali, biru dan sangat indah
Awan…
Ia tak pernah mengeluh karena harus turun kembali dari tahta langit
Menjadi gelap lalu jatuh membasuhi permukaan bukit
Dan hujan pun turun, ia menjadi air dan kembali ke laut
Kembalinya ia menguap dan menjadi sebuah awan

Seperti itulah sudut pandang seorang Larasati melihat suatu kepasrahan dari awan. Awan memiliki kepasrahan yang luar biasa dalam menjalani setiap takdir yang ia hadapi. Awan selalu pasrah untuk menjadi air di sungai, menguap di samudra, kembali menggumpal menjadi awan di tahta langit hingga akhirnya harus jatuh di bukit sebagai hujan.

Awan tak pernah bertanya kapan ia akan berhenti mengikuti hukum alam. Begitu pula suatu kehidupan yang akan terus berputar, kadang kita berada di atas tapi kita harus siap jika tiba-tiba harus jatuh seperti awan yang menjadi butiran hujan. Tak perlu kita terlalu berupaya mempertahankan sesuatu terlalu kuat, namun tetaplah dengan kadar kemampuan yang anda miliki. Awan dalam puisi karya Larasati digambarkan sebagai sosok yang menikmati proses kehidupan dengan baik, tanpa terbebani pikiran-pikiran yang menghalangi hukum alam tersebut.

Mengutip salah satu kalimat yang diucapkan Almarhum Bob Sadino ” Jangan Pikirkan, Tapi Lakukan – Anda berpikir seribu mil, wah pasti terasa jauh. Sedangkan saya tidak pernah berpikir karena hanya melakukan selangkah saja. Ngapain pakai mikir kan hanya selangkah”. Seperti yang kita tahu Bob Sadino adalah pengusaha sekaligus motivator yang cukup dikenal.

Berbeda dengan motivator lain yang biasanya menggunakan kalimat bijak, Bob Sadino justru menggunakan kalimat yang terkesan frontal. Membutuhkan pemahaman dari berbagai sudut agar kita mampu memahami setiap kalimat beliau. Agaknya kalimat yang terkesan blak-blakan tersebut memberikan pencerahan untuk tidak terlalu terbebani dan terjebak dengan pikiran-pikiran kita sendiri.
Terkadang kita berpikir bagaimana mendapatkan pekerjaan yang layak, hal tersebut tentu saja baik bahkan diperlukan dalam merencanakan hidup kita. Namun manusia terkadang hanya berfokus pada rencana jangka panjang yang semakin membuatnya terbebani dan mengakibatkannya tetap berada di posisi yang sama tanpa ada perubahan.


Maka kepasrahan bukan berarti kita menerima dengan apa adanya, ataupun menyerah dengan keadaan. Pasrah adalah titik dimana kita mampu menjalani kehidupan selangkah demi selangkah serta menikmati setiap proses tanpa terbebani akan target tinggi yang kita buat. Dengan adanya kepasrahan diharapkan kita mampu menciptakan kebahagiaan yang sederhana untuk menjaga kesehatan mental kita. (apw)

Senin, 19 Januari 2015

PESONA DAN SEJARAH COBAN JAHE

Perkembangan pariwisata alam di Indonesia saat ini nampak semakin menggeliat, terlihat dari antusias para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Beberapa wisata alam di Indonesia masih banyak yang belum dikatahui oleh masyarakat luas. Begitu juga di kawasan Malang Raya yang sangat luas dan menyimpan keindahan alam yang luar biasa. Jika selama ini air terjun atau biasa disebut coban oleh masyarakat Malang, yang cukup terkenal adalah coban rondo, coban talun ataupun coban pelangi. Ternyata Tumpang menyimpan coban yang tak kalah indah, bahkan lebih indah dari air terjun yang selama ini dikenal di Malang Raya. Salah satu potensi alam di Tumpang yang wajib dikunjungi adalah Coban Jahe, salah satu air terjun yang masih terjaga keaslian alamnya serta dibumbui dengan kisah heroik sejarah perjuangan kemerdekaan.

Saat mendengar kata jahe pasti akan terbayang tentang salah satu jenis rempah yang biasa digunakan untuk minuman. Namun maksud Jahe yang disematkan pada coban ini bukan merupakan nama dari salah satu jenis rempah tersebut. Dulu ketika jaman Belanda, para pahlawan berperang di sekitar pintu masuk coban jahe yang berbukit-bukit. Namun sayang mereka kalah dan mendapat serangan bertubi-tubi hingga semua pasukan meninggal disana. Sehingga untuk mengenang perjuangan para pahlawan digunakan kata Jahe yang berasal dari bahasa jawa ’pejahe’ berarti meninggal dunia. Konon, taman makam pahlawan tersebut sempat akan dipindahkan karena jauh dari pemukiman warga tapi tidak dapat terlaksana karena sesuatu hal.

Dari Taman Makam Pahlawan kita akan menemui gerbang masuk yang hanya terdapat papan sederhana bertuliskan Coban Jahe. Melanjutkan perjalanan lewat jalanan makadam, persawahan dan bukit-bukit dipagari pohon mahoni yang berjajar-jaran menambah keasrian suasana pagi itu. Sangat mengesankan karena ketika kami sampai disana masih belum ada penjaga maupun pengunjung lain, sehingga coban jahe serasa menjadi tempat privat untuk kami. Pengelolaan Coaban Jahe sudah cukup baik hal ini dapat dilihat dari adanya fasilitas parkir, warung, kamar mandi umum, taman yang tertata, dan wahana body rafting yang ditawarkan. Terlepas dari fasilitas tersebut, yang paling membuat kagum tentu saja air yang meluncur deras diantara tebing-tebing dengan bebatuan cadas berukuran raksasa.

Coban Jahe terletak di Dusun Begawan, Pandansari Lor, Jabung, Malang, Jawa Timur. Dari Kota Malang kita menuju ke arah Tumpang sekitar 10-15 menit, tak jauh dari tulisan selamat datang di kota Tumpang perhatikan sisi kiri jalan karena akan terdapat papan penunjuk ke arah Coban Jahe. Sekitar 7 Km masuk ke perkampungan kita akan sampai di gerbang masuk Coban Jahe, jalan menuju Coban dari gerbang masuk hanya jalan kecil yang cukup untuk 2 sepeda motor dan tidak rata dengan jalan bebatuan. Namun jalan tersebut akan terasa menyenangkan karena kita akan melewati perkebunan, persawahan dan hutan yang dipenuhi pohon mahoni. (apw)

Selasa, 16 Desember 2014

Puisi : Kacamataku (andhika prasetya wijaya)

Kacamataku  (Andhika pw)
Kacamata dua sisi lensaku
Sebelah kanan dan kiriku
Kiri melihat keindahanmu
Kanan merasakan kebaikanmu
Kadang terlepas kacamataku
Melihatmu dengan optik telanjangku
Buram manis lekukanmu
Menjauh visual buram nan bisu
Mendekat melekat isyarat nan syahdu
Manis kau berdiri tersenyum ayu
Asam kau merajuk koyak mataku
Manakala aku tak mampu
Kau melekatkan kacamataku
Kacamata dua sisi lensaku
Kacamata berwarna biru

Kacamata sudut pandang untukmu

Naskah Drama : SUWUNG (andhika prasetya wijaya)

SUWUNG
Andhika Prasetya Wijaya

PARA PELAKU

Ibu                       : Seorang wanita paruh baya yang lembut, setia dan sabar
Ayah                    : Seorang pria yang bijaksana, pekerja keras dan setia
Luna                    : Seorang gadis yang cerdas
Adi                      : Seorang pemuda optimis dan keras kepala
Rudi                     : Seorang pemuda yang ambisius
Warga                  : Penduduk desa berusia paruh baya

Sinopsis
          Posisi seorang Ibu dalam suatu keluarga dapat menjadi sosok pemimpin yang sesungguhnya, ia dapat menjadi penentu segala urusan rumah tangga akan berjalan baik atau sebaliknya. Sosok Ibu dalam kisah ini menggambarkan penuntutan seorang ibu rumah tangga yang selalu ingin didengar dan diperhatikan.
          Ayah adalah seorang HRD di sebuah perusahaan yang sedang berkembang, enam hari dalam seminggu ia abdikan dirinya untuk perusahaan. Rudi adalah anak tertua dari ayah dan ibu, ia bekerja di Rumah Sakit Jiwa. Selama 5 tahun ia tak pernah pulang dan memberi kabar kepada keluarganya, sampai akhirnya ia kembali ketika merasa telah menjadi sukses. Adi adalah anak kedua, ia merupakan anak yang bandel dan tergolong sulit diatur. Namun setelah ia memasuki bangku kuliah, ia mampu berpikir dewasa dan memahami keluarganya. Sedangkan Luna adalah anak Bungsu, ia gadis yang cerdas, kritis dan selalu patuh kepada orang tuanya.
          Keluarga kecil ini memiliki kebiasaan untuk selalu makan malam bersama setiap harinya. Bagi keluarga ini, meja makan adalah seperangkat benda yang mampu mendekatkan mereka. Di meja makan, mereka mampu berbagi cerita serta pengalaman setelah seharian beraktivitas. Seiring berjalannya waktu satu persatu anggota keluarga ini semakin sibuk dengan dirinya sendiri. Hal tersebut begitu dirasakan Ibu sebagai seorang yang selalu berada dirumah lebih lama. Ia merasa semakin ditinggal sendiri, Ibu semakin kesepian untuk menjaga rumahnya. Ibu ingin mengembalikan keadaan rumahnya menjadi seperti dimasa lalu. Namun justru ia semakin terpuruk setelah kehilangan Ayah. Kekosongan yang ditakutkan Ibu bahkan lebih menyakitkan dibandingkan dengan apa yang dibayangkan sebelumnya.

BABAK 1
Awal mula gelap. Lampu menyorot ke arah meja makan yang berada di panggung, nampak sosok Ibu sedang bercerita, disampingnya Luna sedang duduk menyimak sang ibu bercerita.

IBU
Peperangan di Negeri Karang Tengah, para prajurit bersiap dengan panah dan tombak berbalut dendam. Mereka bersembunyi dibalik semak-semak belukar yang menyatu berselimut embun. Dibawah lamunan bulan purnama dan desiran angin yang seakan berbisik, Sang Ratu yang memimpin negeri tersebut terkulai, cemas, dan resah dibalik tirai kamarnya. Ia kehabisan akal menghadapi Buto Ijo yang memporak-porandakan negerinya. Sang Ratu semakin pasrah ketika satu persatu panglima perangnya tewas menghadapi keganasan Buto ijo.

LUNA
Apa yang dilakukan Sang Ratu ibu ?

IBU
Dia meminta wangsit pada sang dewa, bahwa hanya Sang Ratulah yang mampu mengalahkan Buto ijo. Sang Ratu dikenal memiliki paras yang cantik dan pemberani. Sang Ratu akhirnya memandu barisan pembawa panah dan tombak untuk menggapai sebuah kemenangan yang abadi. Menyuarakan alunan agni yang membara yang membakar setiap jiwa lunglai tak berdaya. Deru langkah kaki yang saling beradu dan saling menikam, tombak yang menembus amarah serta anak panah yang meluncur deras tepat di jantung kesuraman.

LUNA
Apakah Sang Ratu berhasil bu ? (semakin mendekati sang ibu)

IBU
Pasti Luna.

LUNA
Kemudian bagaimana kehidupan Sang Ratu selanjutnya bu ?

IBU
ia selalu mendapatkan kemenangan yang abadi (sambil membelai rambut Luna)

LUNA
Ceritakan, bu...

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar, Ibu keluar panggung untuk membukakan pintu
Ibu dan ayah masuk ke panggung

AYAH
Maaf, Ayah kerja lembur. Seperti biasa, setiap awal bulan aku harus membuat rekap penilaian kerja untuk urusan penggajian (sambil memandang sang istri dengan senyuman yang hangat)

IBU
Sudah menjadi kewajiban memberikan tenagamu untuk mereka yang memberi kita kehidupan.
Makanan sudah ibu siapkan di meja makan. (merapikan makanan yang telah terhidang dimeja) Mari kita makan bersama. Luna panggil kakakmu untuk makan malam.

LUNA
Baik bu, (sambil berjalan menuju sang ayah untuk mencium tangannya)

AYAH
Selamat malam sayang, besok ayah libur, (sambil mengelus rambut Luna) akan ayah ajak kamu pergi ke kolam renang ya...

LUNA
Yeee asyikkkk..... (sambil berlari keluar panggung untuk memanggil Adi)

Ibu menyiapkan makanan diatas meja makan, dan ayah duduk di kursi

IBU
Hanya Luna yang selalu menemaniku dirumah, Adi sudah beranjak dewasa dan memiliki pergaulannya sendiri. Pagi hari Adi sekolah, siang hingga sorenya kerjanya bermain bersama teman sebayanya, saat pulang ia berdiam diri dikamarnya dan hanya keluar saat mandi dan makan saja. Lalu anak pertama kita Rudi yang tak kunjung memberi kabar berita akan keberadaannya. Entah bagaimana saat Adi dan Luna sudah dewasa nanti. Aku pasti akan kesepian dirumah sendirian, tiap hari hanya berurusan dengan masalah dapur, beres-beres dan sebagainya. Suamiku dan anak-anakku sibuk diluar rumah sedangkan aku harus berdiam duduk di meja ini sampai satu-persatu kembali kerumah.

AYAH
(tersenyum hangat sambil memegang tangan sang istri)

Kemudian Luna dan Adi masuk kedalam panggung. Luna menggoda sang kakak yang sedang asyik bermain yoyo ditangannya. Sehingga membuat yoyo Adi terjatuh.

ADI
Sudah kubilang, setiap kau didekatku aku selalu sial. Mainanku jatuh sebab kau menggangguku (sambil marah)

IBU
Sudah-sudah, jangan bertengkar saja kalian. ayo Adi cium tangan ayahmu dulu. Kita segera makan malam, mumpung hidangan di meja masih hangat

LUNA – ADI
Iya Bu. (berjalan menuju kursi di meja makan)

LUNA
Ayah, lihatlah tadi aku diajari ibu guru untuk melipat kertas menjadi perahu di sekolah (menunjukkan perahu kertas)

AYAH
Membuat perahu kertas Nak?

LUNA
Iya ayah, warnanya merah jambu

IBU
Luna duduk di tempatmu ya, kita makan malam dulu . Adi, ayo nak. Sekarang kamu yang memimpin doa sebelum makan ya

ADI
Kenapa aku ?! (sambil menggerutu)

AYAH
Laki-laki adalah calon pemimpin nak, maka pupuklah itu dari hal sekecil apapun. Termasuk untuk sekedar memimpin doa sebelum makan.

ADI
(memasang muka masam)
Allahumma baarik llanaa fiima razaqtanaa waqinaa adzaa ban-naar

Panggung temaram dan perlahan gelap. Ibu dan Ayah sedang duduk sambil menikmati secangkir minuman hangat di meja.

AYAH
Romansa kisah yang telah kita rajut telah mendekati suatu kemenangan yang abadi

IBU
Setiap lembar cerita yang aku goreskan tak pernah jauh dari namamu

AYAH
Lalu apa makna kemenangan abadi bagimu?

IBU
Saat aku bahagia

AYAH
Bahagia semacam apa ?

IBU
Saat kau bahagia

AYAH
Begitu pula dengan aku

IBU
Kau bisa saja

AYAH – IBU
(Saling berpelukan hangat dan nampak raut wajah yang memancarkan kasih sayang)

Kemudian panggung menjadi remang-remang diiringi alunan lagu romantis yang membawa suasana semakin hangat dan mengharukan



BABAK 2

Perlahan nampak sosok Luna sedang tertidur diatas ranjangnya, ia mulai terbangun dari tidurnya sambil melihat keadaan sekitar kamarnya .

LUNA
Lalu siapakah sebenarnya Sang Ratu itu ? Ibu biasanya menceritakan tentang dongeng kancil, kisah malin kundang atau timun mas, tapi cerita ibu tadi membuatku penasaran tentang sosok Sang Ratu yang pemberani itu. Hmm... tak pernah kudengar dongeng seperti itu sebelumnya, cukup menarik sih... tapi...

Ibu masuk mendekati Luna.

IBU
Ada apa nak? Kenapa kau terbangun ?

LUNA
Ceritakan kisah tentang Sang Ratu itu bu,

IBU
Sang Ratu selalu hidup bahagia Luna, ia menjadi pemimpin yang baik hati dan mementingkan kepentingan rakyatnya. Sang Ratu memiliki suami yaitu Sang Raja, mereka hidup behagia dengan ketiga anaknya.

LUNA
apa ia tidak pernah sedih ?

IBU
Menangis belum tentu resah gelisah dan tertawa belum tentu bahagia

LUNA
Aku semakin bingung ibu

IBU
Pejamkan matamu Luna, tanyakan pada Sang Ratu mengapa ia bahagia. Nanti ketika kamu dewasa, ibu harap kamu mampu menjadi sosok Ratu itu, ia begitu kuat dan berani. Kamu serta kakakmu Adi dan Rudi adalah penerus kerajaan keluarga ini, kalianlah yang nanti akan memegang tahta. Perhatikanlah perasaan setiap orang disekeliling kalian, jangan membuat orang lain sakit hati, buatlah orang-orang bahagia didekat kalian.
Suatu kebahagiaan itu rasa, bahagia itu sebuah kenikmatan, bahagia itu abadi yang tersimpan di dalam kalbu (sambil membelai Luna yang mulai terlelap)


BABAK 3
Lampu mulai menyala dan nampak sosok ayah yang sedang membaca koran. Terdengar suara seseorang yang berlari menuju panggung, kemudian nampak sosok Adi yang sedang tergesa-gesa sambil membawa tas ransel.

ADI
Ayah... (berdiri didepan Ayah dengan muka sedih)

AYAH
Akhirnya saat ini datang juga, sama seperti saat Ayah melepas kakakmu Rudi.
Iya, pergilah nak. Setiap impian tak mungkin kita capai tanpa perjuangan, sekarang saatnya kau berjuang untuk mempertaruhkan kemenanganmu. Kembalilah dengan membawa sebuah senyum, ayah tak memintamu menjadi pemimpin dengan bergelimang harta. Kebahagiaan ayah hanya ketika kau masih mampu tersenyum sepanjang batas waktu yang ayah miliki.

ADI
Andi pergi ke kota menuntut ilmu ditempat yang lebih baik. Ayah tak usah khawatir, andi pasti akan membawa kesuksesan untuk ayah. Syukurlah, Adi diterima dikampus yang bagus sehingga pasti akan mudah untuk mencari kerja nantinya.

AYAH
Lebih baik itu belum tentu terbaik, dan sukses itu belum tentu bahagia

ADI
Sekarang Adi sudah 18 tahun ayah, saatnya Adi belajar hidup mandiri. Adi sayang ayah, ibu, kak Rudi dan juga Luna. Adi janji nanti akan membanggakan kalian semua.

AYAH
Yang dipegang dari seorang pria adalah omongannya, berhati-hatilah dengan ucapanmu nak. Terkadang apa yang baik menurut kita, belum tentu baik dihati orang lain. Pandai-pandailah dalam memahami kondisi sekitarmu agar kamu dapat memilih pilihan yang tepat.

Ibu masuk kedalam panggung

IBU
Ayah tak berangkat? Bukankah hari ini ayah harus datang lebih awal ke kantor (sambil memberikan tas kepada Ayah)

AYAH
Aku masih ingin bersama kalian rasanya, nanti sepulang dari kantor pasti Adi dan Luna sudah berangkat. Aku tak mau menyia-nyiakan waktu ini, saat bersama keluarga inilah aku selalu bahagia. Meskipun Adi yang selalu bandel, berkali-kali tawuran dan berulah disana-sini tapi ayah bangga kau bisa berkuliah di kampus unggulan itu.

IBU
Andi hanya sebentar, dia hanya ingin mengejar impiannya

AYAH
Aku khawatir, jika ia tak kunjung pulang seperti Rudi. Meraih impian di negeri orang, tapi sampai detik ini ia tak pernah kembali. Bahkan sepucuk suratpun tak pernah sampai di rumah ini.

IBU
Percayalah ia akan segera kembali, ia akan kembali dengan membawa kebahagiaan di tengah-tengah kita.

ADI
Iya Ayah, Adi pasti berubah dan tak akan terlibat tawuran lagi disana.

AYAH
Baiklah, ayah berangkat dulu ya

IBU
Luna...Luna....

Luna memasuki panggung

LUNA
Iya ibu, ada apa ?
IBU
Ini ayahmu mau berangkat nak, nantikan kau akan berangkat ke Kota

LUNA
Ayah, hati-hati ya. Luna hari ini akan beragkat ke Kota, syukurlah Luna mewakili sekolah untuk debat bahasa inggris.

AYAH
Iya nak, bersemangatlah kalian berdua meraih impian kalian

ADI – LUNA
Iya ayah... (bersamaan)

AYAH
Rasanya rumah ini semakin sepi ya bu, satu persatu penghuni rumah ini pergi.

IBU
Apakah kau bahagia ?

AYAH
Aku selalu bahagia hidup denganmu dan juga anak-anak kita

IBU
Rudi, Andi dan Luna adalah penerus kita, percayalah mereka yang akan mengantarkan kebahagiaan yang abadi.

AYAH
Aku mencintaimu bu

IBU
Aku sangat mencintaimu

AYAH
Aku benar-benar menyayangimu

IBU
Begitu pula dengan aku

AYAH
Begitu pula dengan kau (mereka saling berpandangan, dan saling membalas senyuman). Aku harus berangkat ke kantor sekarang, aku harap kau tak kesepian di rumah sendiri nanti.

IBU
(menghela tangan ayah dan tersenyum)


(kemudian Ayah berjalan keluar panggung sambil membawa tas kantornya)


ANDI
Andi juga harus segera ke stasiun. Takutnya nanti ketinggalan kereta

IBU
Kenapa kau tak berangkat bersama ayahmu tadi?

ADI
Tidak bu, Adi berangkat dengan Toni, kebetulan dia juga diterima di kampus yang sama jadi kita berangkat bareng (menyalami kemudian memeluk ibu)

LUNA
Hati-hati ya kak, kabari Luna jika nanti ada apa-apa disana

ADI
Iya pasti,
Assalamualaikum (sambil pergi keluar panggung)

IBU - LUNA
Wallaikumsalam

IBU
Semakin lama, semakin sepi tak seperti memori dimasa lampau. Bayangan akan kegaduhan menjadi sesuatu yang tampak semakin samar dipandanganku. Hari demi hari kuhitung dan aku jumlahkan hingga saat ini aku lupa, apakah genap ataukah ganjil?
Setiap hari aku melamun, selalu ada kekosongan yang terasa, kehampaan yang merasuk menyatu dengan urat-urat dalam tubuhku. Setiap sudut rumah ini terasa semakin luas, semakin tak terjamah.

LUNA
Masih ada Luna bu,

IBU
Ibu rindu saat dulu menceritakan kisah-kisah dongeng padamu Luna

LUNA
Kisah Sang Ratu bu, bagaimana kisah kehidupannya dengan Sang Raja?

IBU
Ia kesepian. Anak-anaknya beranjak dewasa dan mereka jarang bertemu. Setiap hari di istananya yang megah hanya ditemani para prajurit serta pelayan-pelayannya.

LUNA
Kemana perginya sang Raja?

IBU
Sang Raja mengorbankan raga ketika peperangan untuk melindungi kerajaan. Sehingga tahta kerajaan dialihkan Sang Ratu akibat anak-anaknya yang tak kunjung kembali. Setidaknya ibu masih lebih bahagia dari Sang Ratu itu pada bagian ini, karena masih ada ayah, kamu dan Adi yang mempedulikan Ibu. Entah bagaimana nantinya jika ayahmu pergi lebih dulu, lebih baik ibu saja yang pergi dulu karena ibu tidak akan sanggup merasa kesepian.

LUNA
Ibu jangan bilang begitu, Luna janji setelah pulang dari kota nanti akan meluangkan waktu untuk Ibu. Luna akan mengurangi kesibukan diluar rumah, Luna akan menemani ibu. Bagi Luna Sang Ratu itu adalah ibu, karena ibu adalah sosok yang tangguh dan kuat seperti beliau. Rumah ini adalah istana kita bu, dan kisah Sang Ratu yang kesepian itu akan segera berganti menjadi Sang Ratu yang bahagia.

IBU
Sang Ratu itupun bahagia Luna, diakhir cerita ia bertemu dengan ketiga anaknya. Ia membangun kerajaannya, sampai akhirnya kerajaannya menjadi kerajaan paling makmur dan damai di jagad raya.

LUNA
Ibu, Luna pamit dulu. (sambil mencium tangan dan memeluk ibunya) doakkan Luna berhasil dan segera kembali untuk mendengarkan kisah Sang Ratu.

IBU
Hati-hati nak...

Luna pergi meninggalkan panggung.

IBU
Inilah waktu yang selalu aku takutkan, ketika anak-anak beranjak dewasa dan mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Bukan salah mereka, tapi inilah dinamika kehidupan yang harus aku jalani. Menjadi seorang perempuan, menjadi seorang ibu rumah tangga yang hanya bisa diam dirumah, mengurusi dapur dan segala urusan rumah yang membosankan (sambil menyapu lantai). Akankah dihari tuaku nanti aku akan kesepian, sendiri, tak ada yang peduli, ohh... sungguh mengerikan. Tapi untunglah aku punya suami yang sayang padaku.

Samar-samar terdengar suara memanggil Ibu.

RUDI
Ibu...

IBU
Rudi ? (kebingungan sambil sesekali mencari arah datangnya suara). Aku bahkan sampai terngiang suara rudi, anak pertamaku yang telah lama tak pulang

RUDI
Ayah...

IBU
Bahkan semakin jelas menunjukkan suaranya

RUDI
Ayah, ibu... ayahhh!! Ibuuu!!! Ayahhh!!!

IBU
Hahh? Rudi? (sambil berteriak)

(Rudi memasuki panggung dengan muka berseri-seri dan membawa tas-tas berukuran besar)

RUDI
Ibu, ini anakmu!

IBU
Benarkah itu kamu?, Rudi anakku (terkejut sambil berlari ke arah Rudi)

RUDI
Tentu saja, bagaimana ibu ini

IBU
Subhanallah, kau benar-benar anakku kan ?

RUDI
Demi tuhan, aku adalah buah hatimu

IBU
Kemana saja kau nak selama ini ?

RUDI
Aku merantau bu, aku pergi ke utara untuk mencari...

IBU
Mencari apa nak ?

RUDI
Mencari kebahagiaan, bu

IBU
Ceritakan pada ibu nak

RUDI
Tunggu sebentar, kemana ayah, adi dan luna ?

IBU
Ayahmu baru saja berangkat bekerja, Adi berangkat ke kota untuk meneruskan studi disana, sedangkan luna sedang mengikuti debat Bahasa Inggris nak

RUDI
Wah, padahal Rudi kangen banget sama mereka bu.
Lihat meja ini, masih sama seperti yang dulu. Aku sangat rindu ketika kita berlima makan malam bersama sambil menceritakan pengalaman masing-masing. Sungguh amazing!
Aku rindu masakan ibu, aku rindu petuah ayah, aku rindu keisengan luna, dan aku rindu bermain bersama adi. Selama aku di utara sana, aku bertemu dengan banyak orang bu. Tapi tetap saja aku masih tidak menemukan masakan seenak yang ibu masak.

IBU
Kenapa selama ini kau tak memberi kabar sama sekali dan tak pernah pulang?

RUDI
Kalau aku pulang akan memakan banyak biaya untuk transportasi. Dulu sempat sekali aku mengirim surat lewat pos kesini, tapi nampaknya tak sampai ya bu? Aku tidak ingin keluarga disini mengetahui kesusahanku disana, jadi aku sengaja tak membagi kisah sedih itu bu. Tapi sekarang anak sulungmu ini telah berhasil. Lihatlah aku membawakan oleh-oleh untuk ibu, selendang sutra dan sebuah sepatu untuk ayah dari bahan kulit sapi yang berkualitas. Ini semua dari hasil kerjaku sendiri bu.

IBU
Apa yang kau kerjakan disana nak?

RUDI
Rudi bekerja sebagai salah satu pengurus di rumah sakit, disana rudi berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengumpulkan kebahagiaan untuk keluarga ini bu.

IBU
Rumah sakit apa ?

RUDI
Rumah sakit bagi orang-orang skizofrenia, penderita gangguan disosiatif, traumatik, ..... mengurusi mereka yang membutuhkan bantuan karena permasalahan kehidupannya.

IBU
Maksudmu rumah sakit jiwa?

RUDI
Rumah sakit jiwa (sambil menganggukan kepalanya)

IBU
Jadi kau mengurusi orang gila

RUDI
Mereka tidak gila bu, hanya memiliki pandangan norma yang berbeda dengan kita. Tenang saja, rudi tidak akan ketularan kok bu. Rudi selalu semangat bekerja untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya.

IBU
Ibu harap kau tak juga menjadi gila Rudi, kebahagiaan itu bukan materi, kebahagiaan adalah rasa.

RUDI
Wah, jadi ibu tidak bahagia dengan pencapaian rudi sampai saat ini ? padahal Rudi sudah capek-capek kerja.

IBU
Ibu bahagia bukan karena materi yang kau bawa rud, tapi ibu bahagia ketika melihatmu kembali mengisi kekosongan rumah ini. tahukah kamu bahwa setiap kali ayahmu bekerja, dan adik-adikmu keluar rumah, ruangan rumah ini terasa kosong tak bernyawa.

RUDI
Iya bu, tapi rudi juga harus kembali kesana minggu depan. Rudi Cuma mendapatkan ijin beberapa hari saja meninggalkan pekerjaan, karena pasien di rumah sakit cukup banyak saat ini

IBU
Kamu baru saja kembali setelah 7 tahun kau meninggalkan rumah ini Rud

RUDI
Yah, tapi aku harus kembali bu.

IBU
Apa tidak bisa lebih lama rud? Mungkin dua bulan?
RUDI
Tidak ...

IBU
Sebulan?

RUDI
Tidak, tidak ...

IBU
Seminggu ?

RUDI
Tidak, tidak, tidak ...

IBU
Sehari ?

RUDI
Tidak, tidak, tidak, tidak ...

IBU
Sejam rud ?

RUDI
Bisa Jadi bu, semua karena di utara sana banyak orang gila gara-gara permasalahan sosial yang terlalu menekan.

IBU
Apa termasuk juga kau?

RUDI
Maksud ibu? Aku gila juga bu?

IBU
(terdiam sambil memegang pundak Rudi)
Ibu lihat cara bicaramu sedikit berubah nak?

RUDI
Tidak juga bu, mungkin karena kita lama tak bertemu saja.

IBU
Ibu mengenalmu jauh daripada saat kau mengenal dirimu sendiri.

RUDI
Tapi rudi masih seperti yang dulu bu.

IBU
Bertahun-tahun kau mendalami ilmu yang mempelajari perilaku, kepribadian, sikap dan hal lainnya tentang manusia. Tapi apa kau pernah mengenali dan mempelajari dirimu sendiri ?

RUDI
Wah, ibu mendadak puitis, hahaha. Rudi mengerti kalau ibu dan keluarga ini sangat mengkhawatirkan rudi, begitu pula dengan rudi bu. Tapi jika rudi tetap disini tak akan ada suatu perubahan.

IBU
Kau bisa merubah mental bangsa ini, menyembuhkan abnormalitas psikis bangsa. Banyak hal yang bisa kau lakukan nak.

RUDI
Itu kurang menjanjikan bu.

(tiba-tiba seorang warga tampak bingung dan tergesa-gesa memasuki panggung)

WARGA
Ibu sunyoto, ibu sunyoto!!

IBU
Ada apa? Kenapa nampak tergesa-gesa?

WARGA
Pak sunyoto bu... itu pak sunyoto (sambil terbata-bata mengucapkannya)

IBU
Kenapa dengan bapak ? (nampak kebingungan dan penasaran)

WARGA
Bapak kecelakaan bu, sekarang ada di depan

IBU
(dengan keadaan kalut berlari keluar panggung)

RUDI
Bapak ... (berlari menuju keluar panggung)


BABAK 4
Panggung mulai remang-remang, terdengar suara isakan tangis Ibu.

Bagai musafir berlalu, ibarat asap diterpa bayu
Hujan badai menerjang, tabah demi kepastian
Kehilangan cinta ini
Pengorbanan tiada henti
Berpikir, berpikir ku dari dalam lubuk kalbu

(Ibu memasuki panggung dengan langkah gontai dan sedih)

IBU
Ada kalanya seseorang berangkat dan juga adakalanya mereka akan pulang, akhir perjalanan yang sungguh telah digariskan Tuhan. Meja ini menjadi saksi akan cinta kita yang terus percaya akan adanya kebahagiaan abadi. Tak pernah sedetikpun aku melupakan kalimat yang kau ungkap di meja ini. (sambil mengelus-elus meja makan)

(ayah memasuki panggung dengan pakaian serba putih)
AYAH
Kembali mengingat seperti dahulu

IBU
(tersenyum sambil terisak-isak)

AYAH
Aku pertama kali tertarik saat kau mengalunkan tembang jawa. Berikan alunan itu

IBU
Aku sudah tak bisa, suaraku tak sesempurna itu

AYAH
Dimataku kau selalu terlihat sempurna

IBU
Aku tak mau lagi

AYAH
Selamanya

IBU
Untuk selamanya

AYAH
Bahkan untukku

IBU
Bahkan untuk dirimu sekalipun

AYAH
Begitu teganya dirimu tak mau menyanyi untuk terakhir kalinya sebelum aku berangkat ke surga. (tersenyum sambil pergi meninggalkan panggung)

IBU
Ganep, suwung isi tali pati
Ganjil lumaku bebaya saya seru
Wis ginarise saka cangriman para leluhur
Bisa kasunyatan pangucap kuwi
Nuswantara kebak cidro
Sapu jagad kerep rebutan mbarep

(Luna memasuki panggung)

LUNA
Ibu baik-baik saja?

IBU
Menangis belum tentu resah gelisah, tertawa belum tentu pasti bahagia

LUNA
Ayah pasti bahagia disana bu.

IBU
Akan selalu bahagia. Tahukah darimana kau terlahir?

LUNA
Dari rahim ibu bukan?

IBU
Jika ibu ternyata masih perawan dan ayahmu masih perjaka, bagaimana kau menjawab pertanyaan itu?

LUNA
maksud ibu apa ?

IBU
Kau terlahir bukan hanya dari nafsu semata, kau terlahir dari rasa yang terjalin antara ayah dan ibu. Pahamilah jika setiap kebahagiaan adalah rasa yang tak mampu diterjemahkan. Kau masih ingat kisah Sang Ratu itu bukan, ia kehilangan Sang Raja. Dan kini kisah itu ibu alami, ibu paham sekarang bagaimana sakitnya, bagaimana kesepian itu begitu menyesakkan.

(Adi memasuki panggung)

ADI
Ibu baik-baik saja?

IBU
Ada kalanya suatu cerita akan menjadi kenangan, tapi cinta akan terus bergairah sesuai dengan harapan

ADI
Ibu merasa sedih saat ini ?

IBU
Selalu bahagia nak. Kekosongan itu adalah sebuah renungan dalam menyelami makna kebahagiaan abadi yang selalu ingin diraih oleh manusia.

(Rudi memasuki panggung)

RUDI
Ibu baik-baik saja?

IBU
Mungkin cinta saat ini cidera, tapi setiap langkah yang mengalun akan menyembuhkan setiap bagian yang tergores.

RUDI
Apakah ibu merasa sedih ?

IBU
Kebahagiaan dan kesedihan mengalir pada satu muara yang sama, mencapai kesempurnaan abadi.

(Luna, Adi dan Rudi terdiam disekitar Ibu)

IBU
Meja ini telah kosong tanpa kisah, hanya kalian yang mampu melanjutkan kisah itu kembali.



----- SELESAI -----