Puisi "Kepasrahan Awan" Karya Larasati
Oleh Andhika Prasetya Wijaya
Artikel ini dimuat di Rubrik Refleksi - Majalah PUBLICITY Malang Edisi Januari 2015
Sumber: google.com |
Maka kepasrahan bukan berarti kita menerima dengan apa adanya, ataupun menyerah dengan keadaan. Pasrah adalah titik dimana kita mampu menjalani kehidupan selangkah demi selangkah serta menikmati setiap proses tanpa terbebani akan target kita.
Jika anda mendengar kata pasrah,
apa yang akan terlintas dalam benak anda? Kalah, menyerah atau mungkin lemah
adalah beberapa kata yang cukup mewakili sebuah kata yang sering kita sebut
dengan ’pasrah’. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, pasrah dapat diartikan
menyerah ataupun menyerahkan sepenuhnya. Dengan penjelasan tersebut pasrah dapat diartikan sebagai sifat yang
mengalah, mengikuti arus ataupun tidak memiliki pendirian yang teguh dalam
hidup.
Namun pernahkan anda membaca sebuah
karya sastra puisi karya Larasati yang berjudul ’Kepasrahan Awan’? Sebuah puisi
yang bermakna dalam dan memberikan kita pandangan lain mengenai suatu
kepasrahan. Berikut adalah puisi karya Larasati tersebut :
Awan…
Ia tak pernah bertanya mengapa ia
harus selalu berubah
Menjadi berbagai bentuk mengikuti
hukum Alam
Seiring alur yang telah ditakdirkan
Tuhan untuknya
Awan…
Hari ini ia
menghiasi biru warna langit
Namun esok bisa
jadi ia akan jatuh ke bumi dalam bentuk titik-titik hujan
Mengalir melalui
sungai yang membawanya berjalan pergi
Kemudian ia
menguap menjadi kristal-kristal es
Hingga akhirnya
kembali menjadi awan
Cerah sekali, biru
dan sangat indah
Awan…
Ia tak pernah mengeluh karena harus turun kembali dari tahta langit
Ia tak pernah mengeluh karena harus turun kembali dari tahta langit
Menjadi gelap lalu jatuh membasuhi
permukaan bukit
Dan hujan pun turun, ia menjadi air
dan kembali ke laut
Kembalinya ia menguap dan menjadi
sebuah awan
Seperti itulah sudut pandang
seorang Larasati melihat suatu kepasrahan dari awan. Awan memiliki kepasrahan
yang luar biasa dalam menjalani setiap takdir yang ia hadapi. Awan selalu
pasrah untuk menjadi air di sungai, menguap di samudra, kembali menggumpal
menjadi awan di tahta langit hingga akhirnya harus jatuh di bukit sebagai
hujan.
Awan tak pernah bertanya kapan ia
akan berhenti mengikuti hukum alam. Begitu pula suatu kehidupan yang akan terus
berputar, kadang kita berada di atas tapi kita harus siap jika tiba-tiba harus
jatuh seperti awan yang menjadi butiran hujan. Tak perlu kita terlalu berupaya
mempertahankan sesuatu terlalu kuat, namun tetaplah dengan kadar kemampuan yang
anda miliki. Awan dalam puisi karya Larasati digambarkan sebagai sosok yang
menikmati proses kehidupan dengan baik, tanpa terbebani pikiran-pikiran yang
menghalangi hukum alam tersebut.
Mengutip salah satu kalimat yang
diucapkan Almarhum Bob Sadino ” Jangan Pikirkan, Tapi Lakukan – Anda berpikir seribu mil, wah pasti terasa jauh. Sedangkan
saya tidak pernah berpikir karena hanya melakukan selangkah saja. Ngapain pakai
mikir kan hanya selangkah”. Seperti yang kita tahu Bob
Sadino adalah pengusaha sekaligus motivator yang cukup dikenal.
Berbeda dengan motivator lain yang
biasanya menggunakan kalimat bijak, Bob Sadino justru menggunakan kalimat yang
terkesan frontal. Membutuhkan pemahaman dari berbagai sudut agar kita mampu
memahami setiap kalimat beliau. Agaknya kalimat yang terkesan blak-blakan
tersebut memberikan pencerahan untuk tidak terlalu terbebani dan terjebak
dengan pikiran-pikiran kita sendiri.
Terkadang kita berpikir bagaimana
mendapatkan pekerjaan yang layak, hal tersebut tentu saja baik bahkan
diperlukan dalam merencanakan hidup kita. Namun manusia terkadang hanya
berfokus pada rencana jangka panjang yang semakin membuatnya terbebani dan
mengakibatkannya tetap berada di posisi yang sama tanpa ada perubahan.
Maka kepasrahan bukan berarti kita
menerima dengan apa adanya, ataupun menyerah dengan keadaan. Pasrah adalah
titik dimana kita mampu menjalani kehidupan selangkah demi selangkah serta
menikmati setiap proses tanpa terbebani akan target tinggi yang kita buat.
Dengan adanya kepasrahan diharapkan kita mampu menciptakan kebahagiaan yang
sederhana untuk menjaga kesehatan mental kita. (apw)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar