Selasa, 16 Desember 2014

SEMUA SADAR SEMUA DIAM! di Omah Munir, batu jawa timur


Tentu anda mengenal sosok bernama munir, seorang lawyer sekaligus seorang aktivis yang sangat vokal terhadap isu-isu yang berhubungan dengan hak asasi manusia. Munir adalah salah satu aktivis kemanusiaan asal kota Batu. Sosoknya banyak dikenal masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa Timur. Sepuluh tahun sejak kepergiannya yang tragis, Munir terus dianggap sebagai pahlawan dan terus banyak diperbincangkan. Gerakan-gerakan dan organisasi-organisasi banyak yang terinspirasi dengan perjuangan Munir semasa hidup. Munir, sosok yang sangat tegas dan peduli akan hak-hak yang seharusnya didapat manusia yang hidup di bangsa ini.
Munir banyak dikenal ketika juga menangani kasus Marsinah, seorang buruh yang dibunuh secara tragis dan diduga dilakukan oleh para oknum di negara ini. Marsinah adalah seorang buruh yang sempat bekerja di salah satu perusahaan di Surabaya, namun karena usahanya memperjuangkan hak-hak buruh dengan mencoba mendirikan perserikatan buruh ia dipindahkan ke Sidoarjo. Namun, tak selang beberapa lama ia dan beberapa kawannya diberhentikan dari pekerjaannya. Marsinah yang dikenal vokal sempat mencoba memperjuangkan hak teman-temannya sesama buruh yang ditahan, namun ditengah perjuangannya tersebut Marsinah menghilang. Beberapa hari sejak kehilangannya, jasad Marsinah ditemukan secara tragis.
Begitu pula dengan Munir yang diduga diracun dengan menggunakan arsenik ketika penernangannya menuju Amsterdam, Belanda. Munir yang berangkat dari Jakarta bertemu dengan Polly Carpus dan mulai berkomunikasi sejak saat itu. Ketika transit di Singapura diduga Polly Carpus memasukkan bubuk arsenik kedalam makanan yang dikonsumsi Munir. Selanjutnya perjalanan dari Singapura ke Amsterdam, Munir mulai mengeluh sakit dan bolak-balik muntah berak hingga kekurangan cairan. Sempat diberikan pertolongan di pesawat, nyawa Munir tak tertolong ketika berada diatas langit Rumania.
Dari perjuangan Munir tersebut, banyak orang yang peduli dan menuntut atas penuntasan kasus Munir yang masih buram hingga saat ini. Bahkan salah satu pelaku dibalik pembunuhan Munir yaitu Polly Carpus telah keluar dari penjara beberapa saat lalu. Hal tersebut membuat beberapa pihak meradang dan menolak pembebasan pelaku Munir sebelum terbukanya tabir dibalik pembunuhan dan perampasan hak asasi tersebut. Salah satunya adalah Fany Octavianus dan Yaya Sung yang membuat pameran foto pada hari minggu (7/12) di Omah Munir, Batu. Kegiatan tersebut dikuratori oleh sastrawan Seno Gumirah Ajidarma, ditampilkan karya fotografi yang menggambarkan kegiatan-kegiatan dan peristiwa berkenaan dengan hak asasi manusia.

Salah satu foto karya Fany Octavianus coba diinterpretasikan dalam bentuk nyata dengan ditampilkan secara langsung di sela-sela sarasehan. Foto yang menggambarkan orang-orang berbalut gulungan kain putih dan terdiam, menggambarkan bagaimana orang-orang tersebut ada namun tidak dianggap. Dengan bantuan salah satu bantuan salah satu seniman Yosa Batu, mencoba menghadirkan sosok-sosok tersebut. Disela-sela sarasehan bermunculan orang-orang dengan pakaian serba putih dan dibalut gulungan kain putih wara-wiri diantara pengunjung, bahkan sesekali mereka duduk disamping pengunjung dengan tetap diam. Para sosok tersebut saling berinteraksi dan membentuk komposisi bentuk yang berbeda-beda dalam durasi satu jam sepanjang sarasehan. Mereka semua diam dan menciptakan dunia mereka sendiri tanpa menghiraukan orang lain. Hal ini merupakan bentuk bagaimana orang-orang tersebut ada namun tidak dipandang dan dipedulikan. Menggambarkan orang-orang yang tahu tentang kejahatan kemanusiaan namun mendiamkanya. Dalam kegiatan yang juga dimeriahkan oleh penampilan cak bagus ini mencoba mengkampanyekan ”Menolak Diam”.

Tidak ada komentar: